Have an account?

Saturday, May 29, 2004

Masihkah Cinta Diungkapkan dengan Diam......

If I try and stop you, you will be hurt...
And so I let you go...
Hoping in vain you will someday return...
(Chong Ch'ol; Ode on Leaving the Western Capital)

Membaca kumpulan essay Lee O-young, mantan menteri kebudayaan Korea, seperti melakukan perjalanan virtual ke masa silam. Masa sebelum perang Korea atau bahkan jauh sebelumnya, ketika kebiasaan dan tradisi masih sangat dipegang teguh oleh masyarakat Korea.

Ada sebuah essay menarik gubahan Lee O-young yang saat ini sedang saya baca berjudul On Love (Mencintai). Tema yang diungkapnya sangat menarik karena sifat cinta yang universal dan karena setiap bangsa memiliki definisi tersendiri tentang cinta.

Cinta dalam bahasa Korea kuno berarti berpikir, berpikir adalah cinta dan cinta adalah berpikir. Sehingga emosi atau rasa akibat pengaruh cinta bagi orang Korea mengandung makna yang lebih dalam dibanding cinta orang di Barat yang menggebu-gebu. Sebagai contoh, ketika orang di Barat jatuh cinta, tanpa sungkan mereka akan berkata I love you atau Je t'aime. Tapi bagi orang Korea, mereka tidak akan spontan mengucapkan kata 'cinta'.

Implisitnya cinta orang Korea tergambar dari sebuah bait dari puisi yang terkenal dari masa dinasti Yi (1537 - 1594) Thinking of a Beautiful Person yang berbunyi There seems to be a subtle change in your manner as you greeted me. Bait ini seakan menunjukkan bahwa cinta dan benci adalah emosi yang terpancar dari ekspresi wajah, tidak terungkapkan dengan kata-kata. Dan banyak lagi puisi yang menceritakan ungkapan cinta dalam 'diam', khususnya cinta seorang wanita Korea yang terikat tradisi. Semua emosi yang ada terpendam dan tersimpan rapi dalam hati dan tak mudah untuk dilupakan.

Tidak hanya ketika mencinta dan dicinta, pun ketika salah seorang dikhianati, bukanlah belati yang akan tertancap di tubuh sang kekasih seperti kisah Carmen. Tetapi sikap pengampunan (maaf) dan kesabaran yang mereka tunjukan. Satu ungkapan yang terkenal adalah When you leave me, I will not weep though I die (Ketika kau meninggalkan ku, aku takkkan menangisimu meski aku mati) (Kim So-wol, 1903 - 1934). Sebuah pernyataan pengunduran diri, kontrol diri dan penahanan nafsu dari hati yang kehilangan cinta.

Ada satu pertanyaan yang mengusik saat ini. Jika masyarakat Korea tradisional begitu mengagungkan cinta, bagaimana dengan masyarakat Korea pasca perang Korea, terutama generasi mudanya yang telah banyak terpengaruh budaya Barat, Amerika misalnya?

Selama saya tinggal di Korea, ada satu hal menarik yang saya kira hanya ditemui di Korea yaitu adanya beberapa 'hari cinta'. Berbagai negara merayakan tanggal 14 Februari sebagai Valentine Day, hari kasih sayang, hari dimana setiap pasangan saling mengungkapkan rasa kasihnya. Mungkin hanya di Korea dapat ditemui hari-hari cinta selain 14 Februari.

Entah sejak kapan, hari-hari ini dirayakan dengan antusias oleh generasi muda Korea. Setidaknya ada lima hari kasih sayang, termasuk Valentine Day. Sebutlah saja 14 February, hari kasih sayang sedunia (Valentine Day) yang dirayakan oleh para wanita dengan memberikan coklat ke teman prianya. Kemudian, 14 Maret (White Day) yang dirayakan para pria dengan memberikan sesuatu (bunga, kado atau boneka) ke teman wanitanya sebagai balasan di Valentine Day. Ada lagi Black Day (14 April) yang dikhususkan bagi yang belum punya pacar (mungkin kalau di Indonesia, Jomblo Day istilah kerennya) dengan makan ccajangmyon, sejenis mie dengan saus kedelai hitam yang rasanya manis.

Hari yang baru saja dirayakan adalah Rose Day (14 Mei), dari namanya sudah sangat jelas, Say it with flowers. Kemudian, yang siap-siap untuk disambut adalah Silver Ring Day (14 Juni). Hari dimana setiap pasangan untuk mengucapkan janji? Mungkin...

Banyak yang berubah jika essay-essay yang ditulis Lee O-young dibandingkan dengan keadaan sekarang. Kini untuk mencintai, kelihatannya tidak lagi cukup ditunjukkan dengan perubahan ekspresi wajah ataupun dalam diam, tapi juga dengan bunga, kado atau ungkapan kata Nan norel sarangheyo atau singkatnya Saranghe... (Aku cinta padamu).

No comments: